3D Rumah Sakit
Rumah Sakit Gading Pluit
Siloam Hospitals Kebon Jeruk
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading
Selasa, Rabu, Jumat, Senin, Kamis, Sabtu
Ricky Yue Spesialis Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher Kedokteran Umum, Universitas Katolik Atma Jaya Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher, University of Santo Tomas Rumah Sakit Atmajaya Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Rumah Sakit Pluit Selasa, Rabu, Jumat, Senin, Kamis, Sabtu 08:00 - 21:00
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat
Peter Ian Limas Spesialis Bedah Rumah Sakit Pluit Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat 07:00 - 09:00
© 2000 Temporary Residence Ltd.
℗ 2000 Temporary Residence Ltd.
From Wikipedia, the free encyclopedia
American instrumental rock band
Rumah Sakit was an instrumental rock band from San Francisco, California, United States. The group was signed to Temporary Residence Limited. "Rumah sakit" means "hospital" in Indonesian (lit. "sick house").
Rumah Sakit was founded in either late 1997 or early 1998 by Kenseth Thibideau (who played in Redlands and Tarentel) and other members of the group Redlands.[1] The group's debut album was self-titled and was issued in 2000; Allmusic described the album as "a heady mix of mathy time signatures and dense musical passages that craftily, oftentimes dreamily, intersect."[2] Rumah Sakit released a contribution to Temporary Residence's Travels in Constants series in 2001,[3] after which time they took a brief hiatus. In 2002, the group released Obscured by Clowns, whose name was inspired by the Pink Floyd album Obscured by Clouds.[4] Pitchfork Media noted that the album drew from "both jazz-based post-rock and math-rock",[5] and Allmusic likened it to Tortoise, Mogwai, Dinosaur Jr., Explosions in the Sky, and Black Dice.[6] After the release of Obscured by Clowns, the group went on another hiatus.[7] A live performance with Sweep the Leg Johnny recorded in December 2000 was also released in 2002.[3] They regrouped for live shows in 2005.[1]
Ada dua orang pria yang keduanya sakit parah, menempati ruang rumah sakit yang sama. Yang satu diizinkan duduk di tempat tidurnya selama satu jam setiap sore untuk membantu mengalirkan cairan dari paru-parunya. Tempat tidurnya berada di sebelah jendela kamar. Dan yang lain harus menghabiskan waktunya, berbaring di tempat tidur.
Mereka berbicara berjam-jam. Mereka berbicara tentang istri dan keluarga mereka, rumah mereka, pekerjaan mereka, keterlibatan mereka dalam dinas militer, dan di mana mereka berlibur.
Dan setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya dekat jendela bisa duduk, dia akan melewatkan waktu dengan menceritakan kepada teman sekamarnya semua hal yang bisa dilihatnya di luar jendela. Pria di tempat tidur lainnya mulai antusias dia dapat merasakan keindahan hidup walupun itu hanya untuk sekejab, di mana dunianya akan menjadi indah dan dimeriahkan oleh semua aktivitas dan keberagaman warna di luar jendela rumah sakit.
Jendela itu menghadap ke taman dengan danau yang indah. Bebek dan angsa bermain di air sementara anak-anak mengarungi perahu mereka. Pasangan muda-mudi berjalan bergandengan tangan dengan bunga dari setiap warna pelangi. Pohon tua yang besar menghiasi taman, dan pemandangan cakrawala kota bisa dilihat di kejauhan.
Ketika pria di dekat jendela menggambarkan semua ini dengan sangat detail, pria di sisi lain ruangan akan menutup matanya dan membayangkan pemandangan yang indah itu.
Suatu sore yang hangat, pria di dekat jendela itu menggambarkan sebuah parade yang lewat di bawah. Meskipun pria yang di sisi lain tidak bisa mendengar band – dia bisa melihatnya di pikirannya ketika pria di dekat jendela menggambarkannya.
Minggu berlalu. Suatu pagi, seorang perawat datang membawa air untuk mandi dan ia menemukan mayat pria di dekat jendela, yang meninggal dengan tenang dalam tidurnya. Dia sedih, dan memanggil petugas rumah sakit untuk membawa mayat itu pergi.
Segera setelah tampaknya tepat dalam beberapa hari, pria yang satunya bertanya apakah dia bisa dipindahkan ke dekat jendela. Lalu perawat itu dengan senang hati memindahkan pria itu, dan setelah memastikan dia merasa nyaman, dia meninggalkannya sendirian. Perlahan-lahan, dengan menahan rasa sakit, dia menyandarkan tubuhnya pada satu siku untuk melihat pertama kali ke dunia luar. Akhirnya, dia akan senang dengan melihatnya sendiri.
Dia bergerak perlahan untuk berbalik dan melihat ke luar jendela di samping tempat tidur. Ternyata jendela itu menghadap ke dinding kosong. Pria itu bertanya pada perawat mengapa teman sekamarnya yang meninggal itu menggambarkan hal-hal luar biasa di luar jendela ini. Perawat itu menjelaskan bahwa pria itu buta, dan bahkan tidak bisa melihat dinding. Lalu perawat itu berkata, “Mungkin dia hanya ingin memberimu semangat dan harapan.”
Stories adapted from http://www.motivational-well-being.com/motivational-stories-9.html)
Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
Eka Widyanto Rusli Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Pluit
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat
Endang E. T. Spesialis Mata Rumah Sakit Pluit Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat 09:00 - 18:00
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu
Tities Anggraeni Indra Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Rumah Sakit Pluit Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu 17:00 - 20:00
Spesialis Anak, Universitas Sam Ratulangi
Taufan Iskandar Wongdjaja Spesialis Anak Spesialis Anak, Universitas Sam Ratulangi Rumah Sakit Pluit
Spesialis Penyakit Dalam
Kedokteran Umum, Universitas Indonesia
Spesialis Penyakit Dalam, Universitas Indonesia
Spesialis Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher
Siloam Hospitals Kebon Jeruk
Rabu, Sabtu, Senin, Selasa, Kamis, Jumat
Lorettha Wijaya Spesialis Kulit dan Kelamin Spesialis Kulit dan Kelamin, Universitas Diponegoro Siloam Hospitals Kebon Jeruk Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya Rabu, Sabtu, Senin, Selasa, Kamis, Jumat 09:00 - 20:00