Shin Tae Yong Timnas Indonesia Inggris
Shin Tae-yong: Timnas Indonesia Siap Berjuang Maksimal
Timnas Senior 14 December 2024, 8.02 PM
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memastikan timnya akan memberikan yang terbaik saat menghadapi Vietnam di pertandingan ketiga Grup B ASEAN Mitsubishi Electric Cup (AMEC) 2024.
Pertandingan ini akan berlangsung pada Minggu, 15 Desember 2024, di Stadion Viet Tri, Vietnam.
Saat konferensi pers sebelum pertandingan, Shin Tae-yong mengakui bahwa padatnya jadwal menjadi tantangan besar bagi skuad Garuda. Setelah menang tipis 1-0 atas Myanmar di laga perdana, Timnas harus kembali ke Indonesia sebelum bermain imbang melawan Laos di laga kedua. Kini, tim kembali menjalani pertandingan tandang ke Vietnam dalam waktu singkat.
"Pertandingan besok akan sangat sulit. Jadwal yang padat membuat tim kami kelelahan. Tim kami rata-rata berusia di bawah 20 tahun, sehingga dari segi pengalaman dan kompetisi internasional, kami sedikit kurang dibandingkan dengan Vietnam," ujar Shin Tae-yong.
Meski begitu, pelatih berusia 54 tahun tersebut tetap optimistis. Ia menegaskan bahwa pertandingan ini akan menjadi pembelajaran berharga bagi para pemain muda dan menyatakan bahwa Timnas akan berjuang maksimal.
“Kami berharap pertandingan ini memberikan pengalaman penting bagi para pemain. Meski berat, kami akan tetap berusaha semaksimal mungkin,” tambahnya.
Saat ini, Indonesia telah mengoleksi empat poin dari dua pertandingan. Hasil pertandingan melawan Vietnam akan menjadi penentu peluang Garuda untuk melaju ke babak semifinal.
Shin Tae-yong (bahasa Korea: 신태용, Hanja: 申台龍; lahir 11 Oktober 1970) atau disingkat sebagai STY, adalah pelatih dan mantan pemain sepak bola profesional Korea Selatan yang saat ini menjadi manajer tim nasional sepak bola Indonesia. Ia adalah orang pertama yang memenangkan Liga Champions AFC (Kejuaraan Klub Asia) sebagai pemain dan manajer, setelah memenangkan turnamen tahun 1995 sebagai pemain dan turnamen tahun 2010 sebagai manajer bersama Seongnam Ilhwa Chunma. Ia juga dianggap sebagai salah satu pelatih tim nasional sepak bola Indonesia terbaik.
Shin menikah dengan Cha Young-ju[1] dan dikaruniai dua anak, Shin Jae-won dan Shin Jae-hyeok. Di Indonesia, ia dikenal luas dengan inisialnya "STY".[2]
Shin ditunjuk sebagai model iklan Nongshim, sebuah perusahaan makanan Korea Selatan, dan membuat video dance untuk mempromosikan mie instan "Nongshim Bulgogi" di Indonesia.[3] Lagu dan tariannya dalam video tersebut menjadi meme internet setelah menarik perhatian di Korea Selatan dan Indonesia.[4][5][6]
Setelah lulus dari Yeungnam University, Shin menghabiskan selama 12 musim bermain bersama Ilhwa Chunma. Dia memenangkan K-League Young Player of the Year Award di tahun 1992, di tahun pertama karirnya sebagai pemain profesional. Dia pernah menjadi pemain kunci untuk Ilhwa Chunma ketika mereka memenangkan K-League tiga tahun berturut-turut, yakni dari tahun 1993 hingga 1995. Khususnya di tahun 1995, dia menjadi MVP K-League, selain itu ia juga memenangkan Asian Club Championship pada akhir tahun. Setelah itu, Ilhwa Chunma tersendat untuk beberapa waktu, tetapi mereka sukses dalam menaklukkan pertandingan kembali dibawah kontribusi Shin Tae-yong. Mereka berhasil menjuarai liga untuk tiga tahun berturut-turut dari tahun 2001-2003, dan Shin Tae-yong juga memenangkan MVP Award keduanya di tahun 2001. Dia berhasil mencetak 99 gol dan 68 assist di 401 pertandingan K-League, maupun Piala Liga. Dia bisa saja menjadi one-club man, tetapi ia memilih pergi ke Australia untuk membela Queensland Roar di A-League. Dia dianggap sebagai salah satu pemain K-League terbaik sepanjang masa, dan dipilih untuk K-League 30th Anniversary Best XI di tahun 2013. Ia kemudian pensiun pada tahun 2005 karena memiliki masalah dengan pergelangan kaki. Dia menerima peran sebagai asisten pelatih di klub terakhirnya, untuk menjadi asisten Miron Bleiberg terutama dengan kemampuan tekniknya. Dia menorehkan 23 penampilan di pertandingan internasional, termasuk di ajang Piala Asia AFC 1996 untuk tim nasional Korea Selatan.
Pada tahun 2009, Shin menjadi pelatih interim Seongnam, memimpin tim ke tempat kedua di K League 2009 dan Piala FA Korea 2009, meskipun saat itu sedang kekurangan dana.[7] Dia menandatangani kontrak permanen untuk tahun berikutnya, ia berhasil memenangkan Liga Champions AFC 2010 dan Piala FA Korea 2011.[7] Dia menjadi orang pertama yang memenangkan Liga Champions AFC sebagai pemain dan manajer. Namun, performa tim menurun di musim 2012, serta diperparah oleh kematian Sun Myung Moon, pendiri Gereja Unifikasi yang merupakan pemilik klub, di tengah musim.[7] Dia akhirnya mengundurkan diri dari Seongnam setelah menyelesaikan musim.[7]
Pada Agustus 2014, ia menjadi asisten pelatih tim nasional Korea Selatan. Di bawah Shin, Korea Selatan mencapai Final Piala Asia 2015 untuk pertama kalinya dalam 27 tahun.[8] Pelatih Korea Selatan pada waktu itu adalah Uli Stielike, tetapi peran pembinaan yang sebenarnya dilakukan oleh Shin, yang mengambil alih taktik dan pelatihan tim.[9]
Shin juga menangani tim nasional Korea Selatan U-23 pada saat yang sama[10] dan berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Panas 2016. Korea Selatan berhasil menjadi juara grup dengan memperoleh 7 poin melawan Jerman, Meksiko, dan Fiji, tetapi secara mengejutkan mereka ditumbangkan oleh Honduras di babak perempat final.[11]
Pada tanggal 22 November 2016, Shin diangkat sebagai pelatih tim nasional Korea Selatan U-20 untuk mempersiapkan diri di ajang Piala Dunia U-20 FIFA 2017 yang digelar di Korea Selatan. Karena itu, ia meninggalkan tim senior untuk berkonsentrasi pada tim U-20. Di Piala Dunia, Korea Selatan finis di peringkat kedua grup dengan mengoleksi 6 poin dan maju ke babak gugur, tetapi mereka dikalahkan oleh Portugal di babak 16 besar.
Setelah Shin meninggalkan tim senior Korea Selatan, Stielike membuat hasil yang buruk di Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018 dan akhirnya dicopot oleh Asosiasi Sepak Bola Korea. Pada 4 Juli 2017, Shin menjadi pelatih tim senior menggantikan Stielike.[12] Pada bulan Desember, ia memenangkan Kejuaraan EAFF 2017, setelah menghajar rival mereka, Jepang dengan skor telak 4–1 di pertandingan final. Meskipun dua kali imbang tanpa gol, Korea Selatan di bawah Shin memperoleh tiket ke putaran final Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia. Mereka tergabung bersama Swedia, Meksiko dan juara bertahan Jerman. Korea Selatan kalah 0–1 dari Swedia dan 1–2 dari Meksiko, tetapi mengejutkan semua orang dengan mengalahkan Jerman 2–0.
Pada tanggal 28 Desember 2019, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengkonfirmasi penunjukan Shin sebagai pelatih anyar Indonesia, menggantikan Simon McMenemy. Dia diberi kontrak 4 tahun.[13]
Setelah awal yang buruk untuk masa jabatannya di babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2022, ia memimpin Indonesia dengan usia pemain yang rata-rata 23,8 tahun ke final Kejuaraan AFF 2020. Pada bulan Juni 2022, ia berhasil membawa Indonesia lolos ke Piala Asia 2023, mengakhiri absen 16 tahun Indonesia dari kompetisi 4 tahunan tersebut, setelah kemenangan 2–1 melawan Kuwait dan kemenangan 7–0 melawan Nepal pada pertandingan terakhir untuk meraih tiket ke putaran final. Ia juga berhasil membawa Timnas U-23 lolos pertama kali ke Piala Asia U-23 AFC 2024 dan masuk ke semifinal dengan mendapat gelar peringkat keempat[14], sehingga mendapat perpanjangan kontrak selama 3 tahun. Pada bulan Juni 2024, ia berhasil mencetak sejarah dengan membawa Indonesia lolos pertama kali ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 (AFC) sekaligus lolos otomatis ke Piala Asia AFC 2027 tanpa harus kualifikasi.
Sebagai seorang pemain, ia adalah seorang gelandang serang. Dia dijuluki sebagai "Fox of the Ground" atau "Rubah Lapangan".
Seongnam Ilhwa Chunma
Seongnam Ilhwa Chunma
Skuad tim nasional Indonesia
Diperbarui: 5 Desember 2024, 14:45 WIB Diterbitkan: 5 Desember 2024, 14:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 10 dari 11 timnas sepak bola Asia Tenggara saat ini sedang berlaga di Piala AFF 2024. Pelatih asing mendominasi tim-tim ini.
Dari 11 negara Asia Tenggara, hanya Brunei yang absen di turnamen kali ini. Mereka kalah dalam laga playoff melawan Timor Leste. Dari ke-11 timnas itu, hanya Myanmar yang dilatih oleh warga sendiri. Tim lainnya ditangani oleh pelatih asing, yakni tiga dari Korea Selatan dan Jepang, dua dari Spanyol, masing-masing satu dari Brasil dan Chile.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima negara asal ke-10 pelatih asing itu memiliki tradisi dan identitas sepak bola yang kuat yang sedikit banyak mempengaruhi pendekatan mereka dalam menangani timnas-timnas di Asia Tenggara itu.
Tiga orang yang berasal dari Korea Selatan adalah Shin Tae-yong yang melatih Timnas Indonesia, Kim Sang-sik yang mengasuh Vietnam, dan Ha Hyeok-jun yang menukangi Laos. Sedangkan tiga pelatih asal Jepang adalah Masatada Ishii yang membina Thailand, Koji Gyotoku bersama Kamboja, dan Tsutomu Ogura untuk Singapura.
Dua pelatih asal Spanyol adalah Pau Marti yang membesut Malaysia dan Albert Capellas yang mengotaki timnas Filipina.
Brunei dan Timor Leste berkiblat ke Amerika Latin dengan memilih diarsiteki masing-masing oleh Vinicius Soares Eutropio dari Brail, dan Simon Elissetche dari Cile, yang lama terlibat dalam sepak bola Indonesia.
Dari ke-10 orang itu hanya pelatih Indonesia, Thailand, dan Vietnam yang memiliki latar belakang pemain sepak bola profesional yang kuat. Sedangkan pelatih Singapura, Malaysia, Laos, dan Filipina tak memiliki rekam jejak yang kuat sebagai pemain profesional.
Berpengalaman sebagai pemain profesional acap membantu sebuah timnas dalam berbagai turnamen, termasuk Piala Dunia dan Piala Asia. Seluruh pelatih yang menjuarai Piala Dunia FIFA, kecuali Juan Lopez yang mengantarkan Uruguay menjuarai Piala Dunia 1950, memiliki latar belakang pemain profesional.
Demikian pula dalam Piala Asia. Para juara dalam tiga belas edisi terakhir Piala Asia, ditangani oleh pelatih berlatar belakang pemain profesional, kecuali Felix Sanchez yang mengantarkan Qatar juara Piala Asia 2019.
Berpengalaman sebagai pemain acap membantu pelatih dalam membuat pendekatan yang efektif dalam bagaimana sebuah timnas memainkan sepak bola.
Dari semua parameter itu Shin Tae-yong ternyata merupakan pelatih dengan reputasi paling lengkap, baik sebagai pemain maupun pelatih. Terbaik Sepanjang Masa
Shin bermain untuk Seongnam Illwa Chumma di liga elite Korea Selatan, selama 12 musim. Dia mencetak total 99 gol dan 68 assist dari 401 pertandingan liga Korea dan Piala Liga Korea, guna membawa Seongnam menjuarai liga tiga kali berturut-turut dari 1993 sampai 1995.
Pencapaiannya itu membuat Shin sering dianggap salah satu pemain liga Korea Selatan terbaik sepanjang masa.
Shin juga pernah memperkuat timnas Korea Selatan, termasuk negaranya finis dalam perempat final Piala Asia 1996. Tapi dia tak pernah merasakan atmosfer putaran final Piala Dunia.
Dia pensiun pada September 2005 karena cedera pergelangan kaki yang berkepanjangan. Tapi tiga tahun kemudian dia melatih Seongnam selama empat musim, sebelum menjadi caretaker pelatih timnas Korea Selatan pada 2014, sampai menggantikan Uli Stielike sebagai pelatih timnas Korea Selatan pada 2017.
Shin sukses mengantarkan Korea Selatan ke putaran final Piala Dunia 2018, ketika di sana Korea Selatan menumbangkan Jerman 2-0, tapi takluk kepada Swedia dan Meksiko.
Pelatih tim Asia Tenggara yang bereputasi paling mendekati Shin adalah Kim Sang-sik yang mengarsiteki timnas Vietnam, yang juga mantan pemain profesional dan timnas Korea Selatan.
Sama seperti Shin, Kim adalah jebolan Seongnam yang tiga kali membawa tim ini menjuarai liga Korea Selatan pada 2001, 2002, dan 2006.
Tak seperti Shin, Kim pernah bermain dalam putaran final Piala Dunia, pada Piala Dunia 2006, dan membantu Korea Selatan mencapai semifinal Piala Asia 2007.
Kim pensiun sebagai pemain pada November 2013 dan setahun kemudian beralih profesi menjadi pelatih, tapi tak pernah menangani timnas Korea Selatan seperti dilakukan Shin Tae-yong.
Dia lama melatih Jeonbuk Hyundai Motors, termasuk menjadi pelatih kepala dari 2020 sampai 2023, sebelum direkrut Vietnam sebagai pelatih timnas negara ini.
Pelatih lain yang memiliki resume bagus adalah Masatada Ishii yang menukangi Thailand.
Meski tak memiliki karier bermain secemerlang Shin Tae-yong, Masatada adalah pelatih sepak bola yang disegani di Thailand, khususnya setelah mempersembahkan treble kepada Buriram United di Liga Thailand, pada 2022 dan 2023.
Prestasi Masatada itu membuat federasi sepak bola Thailand meliriknya untuk menggantikan Alexandre Polking. Sayang, dia gagal meloloskan Thailand ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Lima Laga Terakhir
Ketiga pelatih itu bisa dibilang paling menonjol di antara semua pelatih timnas di Asia Tenggara yang kini tengah mengikuti Piala AFF 2024.
Jika melihat performa mereka pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, Shin Tae-yong adalah yang terbaik. Tetapi jika melihat lima pertandingan terakhir semua tim Asia Tenggara itu, maka Thailand adalah yang terbaik karena tak terkalahkan dalam lima laga, yang tiga di antaranya mereka menangkan.
Thailand juga tim paling produktif dengan 16 gol, dan paling ketat menjaga pertahanan karena cuma tiga kali kebobolan.
Di bawah Thailand ada Malaysia yang baru sekali kalah, tapi memenangkan dua pertandingan dan dua kali seri.
Indonesia ada di bawah kedua tim itu, setelah menang dua kali dari Arab Saudi dan Myanmar, dua kali kalah dari China dan Jepang, dan sekali seri melawan Laos yang secara mengejutkan mengimbangi Indonesia 3-3 di kandangnya dalam fase grup Piala AFF.
Seri melawan Laos, menjadi catatan kritis bagi Shin Tae-yong, terutama dalam bagaimana dia memoles lagi organisasi permainan dan mental pemain, yang harus dilakukan mengingat lawan-lawan Garuda berikutnya tergolong lebih berat, termasuk Vietnam pada 15 Desember.
Ini akan menjadi tantangan menarik bagi Shin Tae-yong, yang memiliki resume paling menarik di antara sebelas pelatih timnas di Asia Tenggara.
Yang juga menarik untuk dilihat adalah cara Masatada Ishii meneruskan tren positif Thailand dalam lima pertandingan terakhir, apalagi Thailand selalu menang dari tim-tim Asia Tenggara dalam setahun terakhir sejak kalah 0-1 dari Malaysia pada 7 Januari 2023. Malaysia sendiri menjadi satu-satunya tim Asia Tenggara yang membuat Thailand menelan tiga kekalahan dalam delapan terakhir.
Oleh karena itu, bagaimana Pau Marti menjaga Malaysia tetap relatif positif juga menarik untuk dilihat, apalagi bersama Ha Hyeok-jun yang menangani Laos, adalah pelatih-pelatih yang tak berpengalaman sebagai pemain profesional.
Kualitas Ha Hyeok-jun sendiri cukup menarik untuk diamati karena membawa Laos mengimbangi Indonesia 3-3 dan Thailand 1-1 dalam dua laga tandang. Tapi Laos dibantai 1-4 oleh Vietnam justru dalam laga kandang.
Sebaliknya, sepak terjang Kim Sang-sik juga menarik untuk dicermati, apalagi dia membuat Vietnam bangkit kala membantai Laos setelah tiga kalah dalam lima pertandingan terakhir.